
SURUMBA.com - Puskemas Banabungi yang beralamat di Kelurahan Takimpo, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, diduga melakukan pemotongan jasa pelayanan (Jaspel) kesehatan petugas medis dan non medis sebesar puluhan ribu hingga jutaan rupiah per orang.
Perbedaan besaran pemotangan ini selain didasarkan pada tingkat pendidikan, golongan, dan masa kerja pegawai, masalah kehadiran juga menjadi penentu utama. Yang paling malas paling besar pula potongannya.
Adapun sumber anggaran yang dipotong oleh Puskemas Banabungi berasal dari dana kapitasi yang dibayarkan BPJS Kesehatan dengan cara di transfer langsung ke rekening Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Puskesmas.
Kepala Puskemas Banabungi, Sariawinda, ketika ditemui di ruang kerjanya, Rabu (Juni 07, 2023), membenarkan adanya praktek tersebut. Namun bukan hanya terjadi di Puskemasnya, melainkan berlaku sama pada hampir seluruh Puskemas di Kabupaten Buton.
Dia mengaku, pemotongan dana kapitasi dilakukan untuk mentaktisi kebutuhan atau kegiatan lain yang tidak ada anggarannya dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). "Seperti ada kande-kandea atau kegiatan germas yang diluar yang tidak ada anggarannya. Itu ji, tdak ada kepentingan lain".
Sariawinda mengaku, pemotongan dana kapitasi ini sudah berlangsung sejak lama. Bahkan sebelum dia menjadi Kapus Banabungi praktek itu sudah ada. Namun sebelum pemotongan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan kesepakatan bersama dengan seluruh pegawai melalui rapat internal Puskemas.
Kendati demikian, dia enggan bemberkan besaran presentase jumlah pemomotongan honor setiap pegawai. Sebab hal ini dianggapnya sebagai privasi instansi.
"Kan tidak mungkin semua yang ada di sini termasuk isi dapurnya kami harus ditau".
"Besaran potongan itu tidak mungkin keluar lari di luar. Karena kan sesama Puskemas saja kami tidak tau. Misalnya Puskemas ini kamu berapa dan meraka juga tidak mengungkit kita. Jadi saya tidak mungkin mengeluarkan berapa persen itu," ujarnya
Sariawinda menjelaskan, selain memotong sesuai dengan yang sudah disepakati, besaran pemotongan honor Jaspel kesehatan juga didasarkan pada tingkat kehadiran. Semakin malas makin besar pula honornya dipotong.
"Jadi seperti saya, saya di sini misalnya mendapat 1 juta, tapi karena kehadiranku tidak ada, otomatis yang kaya begitu yang kita kumpul-kumpul untuk dana simpanannya Puskemas. Kami larikan di situ," paparnya.
Menurut Sarwinda, seluruh dana yang dipotong tersimpan semua untuk kebutuhan Puskemas. Tak ada satu persepun yang lari keluar seperti ke Dinas Kesehatan.
Sekedar diketahui, pegawai Puskemas Banabungi tercatat sebanyak 122 orang. Terdiri dari PNS 56 orang, PTT 43 orang, dan sisanya tenaga magang.
Menurut Kapus Banabungi, seluruh pegawai ini merupakan penerima honor Jaspel kesehatan dari dana kapitasi.
Olehnya berdasarkan itu, jika rata-rata honor setiap pegawai dipotong sebanyak Rp 350.000, maka Puskemas Banabungi berhasil menyimpan dana sebanyak Rp 42.700.000 per bulan. Kali setahun menjadi Rp 512.400.000.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buton, Syafaruddin, ketika dikonfirmasi mengaku tidak tahu menahu dengan adanya pemotongan dana kapitasi di tingkat Puskemas.
"Kita tidak tahu, karena dana itu kami sudah KPA kan ke Puskemas," katanya.
Kendati demikian, Syafaruddin juga tidak menafikan akan adanya kemungkinan prakter tersebut. Sebab dinamika di tingkat Puskemas selalu saja ada terutama terkait dengan dana taktis.
"Saya terus terang tidak menyatakan bahwa itu tidak ada, kemungkinan ada pengaturan lebih lanjut. Karena mereka itu, Puskemas itu, membutuhkan dana-dana taktis. Ada kegiatan-kegiatan dari Puskemas yang tidak terbiayai dari dana JKN," ucapnya.
Dia mencontohkan, misalnya ada kegiatan di kecamatan, Puskemas selalu menyumbang. Kemudian kegiatan lomba desa, Puskemas juga turut melakukan pembiayaan. Padahal itu semua tidak ada di JKN.
"Atau mungkin juga misalnya dia mau mencat Puskemasnya, atau dia membutuhkan juga sarana lain. Jadi saya sampaikan ke mereka, kalau ada dana yang dibutuhkan baru tidak ada budgetrnya rapatkan, kemudian tanda tangan. Yang tidak sepakat juga tidak apa-apa. Jangan dipaksa. Berarti dia tidak ada kebersamaan," jelas Syafaruddin. (Adm)