Persahabatan, Landoke-Ndoke Te Manu Dalam Sejarah Buton

Post Image
Presiden Buton Action Network, USA, Lamadi de Lamato, SE, MBA. (Foto: Ist)

Oleh: Lamadi de Lamato, SE, MBA
Presiden Buton Action Network, USA

Di dalam masyarakat Buton, Sulawesi Tenggara, banyak sekali cerita sastra yang bernilai tinggi. Di Buton sastra dikenal dengan Kabanti.

Sastra Buton ini, oleh sebagian peneliti dijadikan alat untuk membaca peristiwa masa silam negeri dengan julukan Khalifatul Khamis itu. Disebut Khalifatul Khamis karena negeri ini punya cerita sejarah yang dekat dengan kejayaan ke Khalifaan Islam masa silam.

Adalah kabanti, "Landoke-Ndoke Te Manu" punya cerita yang sangat menarik. Di dalamnya ada sebuah peristiwa politik dan persahabatan. Kisah Landoke-Ndoke Te Manu ini bagai mutiara dengan kemilau yang mahal.

Politik Buton Masa Silam

Sebagai sebuah kesultanan yang otonom, Buton abad XVI dan seterusnya sangat digdaya. Bagai sebuah negara, Buton punya sistim yang komplit di zaman dunia lain masih tertutup kabut ketertinggalan. Buton sudah punya sistem moneter (uang sebagai alat tukar), pemerintahan (undang-undang, tentara dan sebagainya).

Kejayaan itu tidak diperoleh dengan cuma-cuma. Semua itu bisa dibangun setelah Buton melewati masa-masa paling buruk dalam sejarahnya. Buton pernah ditempah kekeringan hingga menimbulkan kemiskinan, serangan musuh dari luar hingga kekacauan politik di internal.

Bahkan seorang sultan rela bunuh diri karena ia tidak tega melihat kemiskinan rakyatnya yang tidak bisa ia atasi. Masa-masa menyedihkan itu bisa dilewati Buton setelah seorang sultan mampu membangun momentum politik terbaik.

Politik terbaik itu, saat sultan berpikir brilian mampu dengan membangun sebuah persahabatan yang hebat. Politik persahabatan inilah yang membuat Buton jadi negeri strategis, makmur dan mendunia.

Kabanti Landoke, Ndoke Te Manu dan Bungka

Alkisah, dua sahabat akrab, Ndoke (Kera) dan Manu (Ayam) berkawan sudah lama. Boleh dikata mereka tidak punya perbedaan. Namun pad suatu saat, Ndoke berlaku kasar terhadap kawannya Manu.

Ndoke ingin menang sendiri hingga ia nyaris membuat Manu mati. Ndoke menyerang Manu hingga bulu-bulunya terlepas dan nyaris gundul.

Beruntung Manu masih bisa menyelamatkn diri. Ia lari dan bersembunyi di tempat yang aman. Saat dipersembunyian itulah muncul Bungka (Kepiting) yang baik hati.

Di tempat persembunyian Bungka merawat Manu dengan telaten hingga bulu-bulunya kembali lebat seperti sediakala. Di persembunyian itu, Ayam (Manu) dan Bungka menjadi kawan.

Saat Anda ditolong seseorang saat susah apalagi akan mati, maka ialah kawan sejati. Kata-kata itulah yang membuat Ayam mengikuti saran Bungka walau mereka baru saling mengenal. Bungka dan Manu pun membuat persekengkolan.

Mereka membuat perahu dan berbagi tugas. Ayam mengajak Ndoke untuk ke sebuah pulau dengan makanan yang berlimpah. Sementara Bungka bertugas membocorkan perahu hingga tenggelam.

Ndoke kegirangan bahkan ia berniat buruk akan memakan semua yang ada di pulau tanpa memberi sisa pada Manu. Apa yang terjadi? Perahu tenggelam di tengah laut. Ndoke yang tidak bisa berenang mati, sementara Bungka hidup dan Ayam terbang.

Buton dan Diplomasi Persahabatan

Kabanti di atas, sekali lagi bagai mutiara. Maknanya dalam untuk menggali masa lalu politik Buton yang brilian dan orisinil. Hemat saya, cerita ini masih berkorelasi dengan masa depan politik Buton di masa mendatang.

Adalah Buton negeri pertama yang telah diakui sebaga The Imagine Comunity, seperti kata-kata Ben Anderson. Di abad 16, Buton sudah berbentuk sebuah negara dengan sistem yang komplit.

Tidak salah bila Buton dijuluki sebagai bangsa yang sudah menerapkan sistem internasional dalam semua sisi kehidupannya .Buton adalah negeri pertama yang memberikan suaka politik bagi pemimpin dan negeri luar yang dalam ancaman.

Arung Pallaka raja Bugis, raja Adonara dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan kapal Belanda adalah kawan-kawan Buton dalam sejarahnya. Saat terancam, Buton memberi suaka politik ke Arung Palaka dan pasukannya tinggal di tanah Buton.

Sama halnya dgn raja Adonara NTT, yang datang ke Buton saat negerinya terancam. Lagi-lagi Buton membuka pintu lebar-lebar sebagai kawan. Kapal Belanda yang kandas di laut Buton, pun ditolong oleh pihak kesultanan dengan memberinya jaminan keamanan langsung.

Masa-Masa Kejayaan Buton Hanya Kenangan

Sikap Kesultanan Buton yang ramah dalam bersahabat, rupanya terbawah dalam karakter warganya di negeri perantauan. Di Maluku, NTT, Papua dan sebagainyab "sikap kesultanan" menurun jadi watak perantaunya di mana-mana.

Mungkin ini yang disebut DNA, jika bangsanya berkarakter B, maka mereka bisa persis seperti karakter B. Jangan heran bila dari abad 16 hingga 20 jejak-jejak orang Buton lebih Belanda dari NKRI. Maklum, negeri kesultanan ini pernah bekerjasama dengan Belanda hingga ia tidak pernah punya jejak dijajah.

Jangan heran bila Selayar yang dulu Buton, kini punya Sul-Sel karena di masa silam ada hubungan persahabatan Arung Palaka yang kuat dengan Buton.

Satu lagi, jgn heran bila di dalam wilayah NKRI, Buton diabaikan dalam pembangunan, distigma dan tergusur di mana-mana. Ibarat teman, Buton itu bukan prioritas dalam bangsa ini. Makanya teriakan kita kapanpun sama hasilnya seperti sekarang.

Buton teriak Provinsi Buton Raya dan Kepton, perantaunya teriak paling berjasa di rantau, tetap saja akan seperti itu. Buton masa depan di negerinya hingga rantau harus mulai pandai memilih kawan.

Ingat kawan yabg menolong.

TERKINI