
Oleh: Lamadi de Lamato, SE, MBA
Presiden Buton Action Network, USA
Mobil bis Timor Travel, pagi pukul 10.00 Wita menyusuri jalan tandus dari kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menuju negara Timor Leste. Untuk tiba di Belu, Mota'n, perbatasan waktu yang kita butuhkan bisa 14 jam.
Saya hendak ke negara Timor Leste dan duduk persis di depan dekat sopir. Di iringi musik lagu-lagu melodi tahun 1980-an perjalanan pagi itu sangat berkesan.
Mata saya tiba-tiba tertuju di sebuah kampung dengan tulisan "Babau". Sebuah masjid kecil persis di pinggir jalan dengan bangunan sederhana telah membuat saya tersentak.
Nama di plang masjid itu mengusik rasa ingin tahu saya. Mungkinkah itu jejak bangsa Buton yang pernah di negeri itu? Apakah nama kampung itu ada kaitan dengan Kota Baubau?
Mobil terus berjalan meninggalkan kampung yang berada di Provinsi NTT tersebut. Tiba-tiba saya teringat dengan cerita kawan asal Timor Leste tentang sebuah kabupaten bernama Baucau di negara Timor Leste.
Lelaki asal Timor itu pernah ke Wanci, Tomia, Kaledupa dan sebagainya dengan menggunakan perahu boti. Perahu khas Buton itu mengantarnya melihat pulau-pulau di tanah Butuni. Ia pun menyebut Baucau sangat mirip dengan Baubau.
Negerinya berkarang dan panas. Pernyataan kawan inipun makin membuat saya penasaran. Apakah Baucau dan Baubau punya jejak sejarah yang sama atau hanya sebuah kebetulan dengan nama yang mirip?
Babau di NTT dan Baucau di Timor Leste telah mengusik perjalanan saya pagi itu. Maklum sangat sedikit sejarah Buton yang ditulis dan rata-rata hanya cula-cula (cerita) yang saya dapatkan.
Tulisan ini saya buat reflektif karena melihat dan merenung saja. Kelak saya harap ada yang mau menelitinya lebih dalam. Adakah kebesaran sejarah kita di tanah Timor pada masa silam?
Butung, Vutton, Wutung Termasuk Babau & Baucau Harus Diteliti
Babau dan Baucau sepintas seperti Kata Baubau. Di NTT ada huruf yang berubah, sementara di Timor Leste ada satu huruf yang diganti dengan "C". Berhubung saya tdk ahli, ke depan diteliti dialek orang setempat ketika menyebut Baubau.
Apakah lidah lokalnya yang membuat kata itu berubah atau bagaimana? Yang pasti sebuah nama selalu berubah ketika disebutkan orang lain.
Contoh jejak orang Buton di Papua sudah ada pada abad ke XVI. Ini saya ketahui setelah membaca disertasi rekonstruksi Islam di Papua karya orang asli Papua, Toni Wanggai. Orang Portugis menyebut orang Buton dengan kata Vutton.
Orang Portugis lah yang menyebut orang Buton sudah ada di Papua abad XVI. Orang Buton banyak menyusuri pesisir Papua dengan berdagang ketika itu.
Sementara almarhum Profesor La Pona adalah orang yang menyebut Wutung adalah orang Buton yang mendiami wilayah negara Papua Nugini (PNG). Mungkin lidah orang setempatlah yang membuat kata Buton berubah menjadi Wutung hingga sekarang.
Butung di Makassar ternyata adalah orang Buton. Lidah merekalah yang membuat konsonan kata Buton berubah jadi Butung ketika disebutkan masyarakat setempat.
Melihat kata Babau & Baucau di tanah Timor yang mirip dengan tanah Buton, saya berharap ada generasi yang mau menelitinya ke depan. Ini sangat terkait dengan eksistensi dan pemahaman.
Maklum Buton adalah bangsa perantau dengan perahu. Banyak jejak-jejaknya di mana-mana tapi hanya sedikit yang bisa dikenal dengan baik dan ilmiah.
Waktu Timor Leste merdeka, org Buton beramai-ramai eksodus. Mereka pergi karena merasa orang NKRI sehingga tidak ada yang menetap.
Seandainya ada kesadaran sejarah bahwa tanah Timor ada jejak leluhur orang Buton, maka saya yakin orang-orang Buton hanya sedikit yang memilih pulang.
Saat Anda merasa bahwa negeri itu adalah bagian dari sejarah sendiri, maka Anda cenderung tidak akan pulang walau negeri itu sedang dalam masalah.
Wallahu a'lam bishawab.